PenaJurnalis,Enrekang.—- Amin yang tinggal 12 orang bersama anak dan menantunya di sebuah rumah kebun yang tidak layak huni dengan berukuran 3 x 4 meter. Keseharian mereka bertani dengan menanam kopi sambil menunggu uluran tangan dari orang yang mampu.

Keluarga miskin pasangan Muh Amin/Muliana dengan 10 anggota kelurganya tersebut butuh uluran tangan dari para dermawan.Keluarga Amin hidup di pinggir hutan Lereng Gunung Sinaji, Dusun Bunga Mendoe, Desa Parombean, Kecamatan Curio-Enrekang tak tersentuh program pemerintah.

“Kami bertani menanam kopi sambil menunggu bantuan beras dari keluarga,”kataMuh.Amin saat ditemui BKM di kediamanya.

Ia mengatakan, sejak bertani lima tahun yang lalu dilereng Gunung Sinaji baru sekali mendapatkan bantuan beras dari pemerintah setempat. Parahnya lagi, tak satupun pemerintah setempat yang pernah datang melihat keberadaan mereka.

“Mane kita rato ratu tirokan. Tae’ pa ia pamarentah ratu inde’ tirokan (baru pak wartawan yang datang keseni. Belum pernah ada pemerintah yang datang,” ujar Muh Amin dengan dialegParombennya.

Keberadaan mereka di lereng Gunung Sinaji dengan bertani membuat pemerintah setempat kesulitan untuk memberikan bantuan.Keluarga Amin tinggal se rumah dengan 12 orang tanpa mengunakan kasur dan selimut, hanya berlantaikan karpet yang terlihat mulai sobek. (rls)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *