PenaJurnalis,Makassar.—– Bunda PAUD Liestiaty F Nurdi mengungkapkan  kepada Sekjen Kemendikbud, Didik Sukardi, pada Dialog Mendikbud dengan Bunda Paud se Sulsel, dalam rangka Gebyar Pendidikan dan Capaian Kinerja Tahun 2019, yang dilaksanakan di Baruga Karaeng Pattingalloang, Rumah Jabatan Gubernur Sulsel,Senin

Meminta agar menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) membuat regulasi perihal anak-anak yang akan masuk ke Sekolah Dasar (SD) wajib tamat (lulus) Taman Kanak-kanak (TK).

“Saya mengharapkan Pak Sekjen, jangan masukkan SD anak-anak, kalau belum taman kanak-kanak dulu,” katanya.

Dan juga di taman kanak-kanaklah anak-anak diajarkan bagaimana motoriknya, saling menyayangi sesama teman, dan juga bagaimana saling berbagi,” harap Liestiaty, yang disambut tepuk tangan meriah dari seluruh Bunda Paud se-Sulsel dan seluruh stakeholder yang hadir.

Istri Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdullah itu juga meminta agar kedepannya, ibu-ibu tidak menuntut anak-anak harus bisa membaca dan menulis baru masuk SD.

Adapun alasannya karena sampai saat ini belum ada aturan yang mengharuskan anak-anak bisa baca tulis untuk diterima di SD.

“Mohon untuk ibu-ibu jangan sampai masuk SD anaknya harus pintar membaca, itu juga salah sekali. Di TK itu hanya mengenal huruf, anak-anak tidak harus dipaksa untuk harus membaca,” jelasnya.

Selain itu, Liestiaty juga meminta kepada seluruh Bunda Paud se Sulsel agar kedepannya menggelar lomba kebersihan WC di seluruh sekolah. Yang paling penting, pihak sekolah harus memperhatikan keadaan kantin.

“Anak-anak kita banyak yang gemuk dan malas, karena di sekolah mereka jajanannya lebih banyak karbohidrat, lebih banyak mie, gorengan yang terbuat dari tepung, dan juga minuman sachet yang penuh dengan warna warni dan pengawet,” ungkapnya.

Kepada Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Irman Yasin Limpo, Liestiaty meminta agar segera menyeragamkan seluruh menu makanan di kantin milik sekolah se Sulsel.

“Pak Kadis tolong untuk diseragamkan menu kantin di sekolah. Jangan sampai anak-anak kita kekurangan gizi sepuluh tahun kedepan, karena mereka setiap hari mengonsumsi jajanan di sekolah,” ujarnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *