PenaJurnalis,Pinrang.—–Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan), melepaskan 200 ton rumput laut untuk Rp1.668 miliar tujuan Australia, Filipina, Inggris dan Tiongkok.

“Sejak September 2017, kami telah memfasilitasi diskusi sertifikat phytosanitary (PC) rumput laut untuk memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor,” ujar Sujarwanto, Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan (KKIP) Barantan saat melepas ekspor rumput laut di Kabupaten Pinrang (8/3/19).

Menurut data Karantina Parepare, pada tahun pertama, 2017, ekspor rumput laut ke Tiongkok sebesar 602 ton dengan nilai Rp55,450 miliar, pada tahun kedua, 2018, mencapai 6,086 ton dengan nilai Rp512,669 miliar dan peningkatan tahun hingga Maret 2019, volume ekspor rumput laut telah mencapai 1,435 ton dengan nilai Rp11,714 miliar.

“Ekspor rumput laut di Parepare ini memiliki frekuensi yang rutin, setiap pekannya pasti ada pengiriman luar negeri yang kami layani. Ini menjadi andalan masyarakat yang menghargai nilai ekonomi yang selalu meningkat,” tambah Sujarwanto.

Pada kesempatan kali ini, Sujarwanto mendampingi Kepala Karantina Parepare, menyerahkan Surat Kesehatan Tumbuhan, sertifikat phytosanitary (PC) kepada para eksportir, sebagai persyaratan ekspor negara tujuan.

“Petugas Karantina Pertanian setuju untuk terus mendukung ekspor, dalam rangka mendukung petani. Dengan PC yang kami berikan memberi nilai tambah di pasar dunia, demi menjamin kesehatannya,” kata Sujarwanto.

Tak hanya kakao, kini rumput laut asal Sulawesi Selatan sudah menjadi komoditas ekspor, yang menyumbang devisa negaraDengan menyetujui, Barantan sebagai terdepan dalam akselerasi ekspor produk pe2rtanian, ikut serta menciptakan peluang bagi masyarakat, untuk ikut mengambil peran menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2024.

Sejalan dengan persetujuan Menteri Pertanian dalam mendorong ekspor produk pertanian, persetujuan perdagangan dengan negara tujuan ekspor terkait persyaratan Sanitary dan Phytosanitary (SPS) dan harmonisasi protokol karantina juga pada proses bisnis karantina terus dilakukan.

Barantan juga memberlakukan layanan prioritas ekspor dan program agro gemilang untuk menumbuh kembangkan potensi ekspor produk pertanian, “pungkas Sujarwanto.

Sementara itu, Kepala Karantina Parepare, Abdul Rahman juga memaparkan, pada bulan Maret ini total nilai ekspor pertanian yang melalui Karantina Parepare mencapai Rp5,3 miliar. Rinciannya, 200 ton rumput laut bernilai Rp1,668 miliar; 4 kontainer kayu sengon alokasi Rp667 juta; 15 kontainer palm kernel senilai Rp792 juta dan 7 kontainer kayu lapis biaya Rp2.140 miliar. Dan nilai ekspor seluruh pertanian yang difasilitasi dikeluarkan oleh Karantina Parepare mencapai Rp22.513 miliar dari Januari hingga Maret 2019.

Bupati Pinrang, Andi Aslam Patonangi dalam sambutannya menjelaskan, semakin banyak permintaan rumput laut, kayu sengon serta lapis dan inti sawit, membuat semangat masyarakat di Parepare untuk terus berproduksi dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

Pihaknya juga akan terus melakukan pembinaan dengan program pemerintah pusat gerakan 1 miliar pohon albasia atau sengon.

“Kami naik hingga 5-7 tahun ke depan menjadi banyak stok kayu sengon dan lapis di Parepare. Begitu juga dengan rumput laut yang semakin tinggi permintaan, semakin tinggi pula harga beli juga semakin baik untuk ekonomi masyarakat,” lanjutnya.

Bupati sangat mengapresiasi kerja keras Karantina Pertanian Parepare, yang telah memberikan pelayanan optimal terhadap akselerasi ekspor berbagai pertanian dan terus mengembangkan dengan pemerintah daerah untuk pengembangan Parepare. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *