PenaJurnalis,Maros.—-Sejumlah peternak ayam potong di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) merasa khawatir dengan adanya rencana pemerintah mengimpor daging ayam dari luar negeri. Jika rencana itu terwujud, para peternak ini mengaku terancam gulung tikar. Sebelumnya ,Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita telah menyampaikan kemungkinan impor daging ayam dari Brazil setelah pihak RI kalah dalam sengketa di WTO.

Salah seorang peternak ayam di Desa Jene Taesa, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Baharuddin mengatakan, impor ayam dari luar secara otomatis akan membuat harga ayam semakin turun di pasaran. Saat ini menurut dia, level peternak yang bermitra dengan perusahaan, harga ayam per ekornya berkisar antara Rp18.000 sampai Rp20.000.

“Saya ini masih bertahan, karena kami bermitra dengan perusahaan. Kami hanya menyediakan kandang dan pemeliharaan, seperti tempat makan, penghangat, dan listrik. Pakan dan bibit itu dari perusahaan. Kalau memang betul pemerintah akan melakukan impor dari luar negeri, maka sudah pasti hal ini akan memperburuk keadaan,” ungkapnya, Selasa (13/8/19).

Bukan hanya masalha harga , para peternak juga dibayang-bayangi dengan gagal panen karena kondisi alam, dan juga kesalahan teknis pemeliharaan. Diakui Baharuddin, dalam setahun ini baru merasakan panen selama satu kali. Untungnya hanya sekitar Rp3 juta. Jika dihitung dengan biaya produksi, keuntungan ini tentunya tidaklah sebanding.

Sementara itu, beberapa peternak ayam yang menjual langsung ke konsumen, Alimuddin juga mengaku keberatan dengan rencana impor daging ayam dari Brazil itu. Alasannya, harga jual daging ayam saat ini sangatlah murah dan akan bertambah murah jika daging ayam impor itu benar-benar masuk ke Indonesia.

“Kami jelas keberatan karena kondisi sekarang ini, kita sudah kesulitan untuk mendapatkan keuntungan, karena memang harganya yang tidak stabil. Saya tidak mengerti kenapa pemerintah kita mau impor, padahal di sini saja banyak dan susah dijual,” pungkasnya.

Menurutnya, pemerintah harusnya memikirkan bagaimana harga pakan bisa turun untuk memberikan keuntungan ke pihak peternak. Atau membuat harga menjadi stabil, dengan tidak merugikan pihak peternak yang sudah banyak gulung tikar karena merugi.

“Kami meminta pemerintah untuk memikirkan bagaimana kondisi saat ini itu bisa ada jalan keluarnya. Minimal bagaimana harga pakan itu bisa turun, karena ini yang paling besar modalnya. Saat ini pihak kami memang selalu yang dirugikan dengan kebijakan yang tidak jelas dari pemerintah ini,” paparnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *