PenaJurnalis,Maros.——Musim kemarau melanda, membuatt warga di wilayah pesisir
Maros, tepatnya di Desa Ampekale, mengalami krisis air bersih. Warga terpaksa
menggunakan air keruh dan asin untuk keperluan sehari-hari.
Sebelumnya pemerintah telah membuat beberapa sumur tadah hujan. Hanya, dalam
beberapa bulan terakhir, sumur-sumur itu mulai mengering dan tercemar air asin
dari empang yang ada di sampingnya. Meski begitu, warga tidak punya pilihan
lain, mereka tetap berbondong-bondong pagi dan sore untuk mengambil air.
“Sudah sebulan terakhir, ini sumur sudah mulai mengering. Ada yang memang
sudah tidak ada airnya. Kami tidak punya pilihan lain, karena memang sumber air
satu-satunya ini. Biar keruh dan asin,” kata seorang warga, Siti Rabiah,
Jumat (2/08/19).
Walaupun keruh dan asin warga ttetap menggguakannya untuk keperluan sehari-hari, seperti mencuci dan mandi. Sementara untuk keperluan masak dan minum, warga harus membeli air dari mobil tangki milik pemerintah desa yang dihargai Rp 2000 per jergen.
“Kami pakai untuk cuci piring, cuci baju, dan mandi. Airnya kami diamkan dulu biar tidak terlalu keruh. Kadang kalau terlalu asin, kami campur dengan air yang kami beli dari mobil tangki,” lanjutnya.
Bagi mereka, harapan ke pemerintah terkait masalah tahunan
ini sudah pupus. Pasalnya, hampir setiap tahun persoalan ini hanya terus jadi
buah bibir, tanpa ada solusi kongkret dari pemerintah. Mereka pun seolah-olah
pasrah dengan kondisi yang mereka alami setiap tahun ini.
“Sebenarnya harapan kami banyak, tapi dengan kondisi begini kami tidak
bisa berbuat banyak. Toh, kita hanya dijanji-janji saja, akan ada begini dan
begitu tapi faktanya sampai saat ini masih begini saja,” keluhnya.
Salah seorang kepala dusun di desa ini
mengatakan upaya pemerintah memang sudah ada. Seperti pengadaan sumur yang
memang sifatnya hanya solusi sementara. Pencarian sumber air tawar di dalam
tanah, juga telah dilakukan dari kementerian, tapi tidak ada kabar kelanjutannya.
“Warga ingin solusi dari pemerintah itu sifatnya mengatasi masalah. Bukan
bersifat sementara, seperti pengadaan sumur dan bak air ke warga. Tahun lalu
sempat orang Kementerian dari apa turun ke sini cari titik air, tapi sampai
sekarang kabarnya tidak ada lagi,” kata Kepala Dusun Mangarabombang, Abdul
Jalil.
Menurutnya, satu-satunya jalan untuk mengatasi krisis air di wilayah pesisir
yakni dengan pengadaan mesin penyulingan air asin ke air tawar. Dengan adanya
penyulingan, ia yakin warga pesisir tidak akan lagi kesulitan air bersih pada
saat musim kemarau seperti ini.
“Kalau menurut saya, solusinya itu cuma satu. Bikin mesin penyulingan air
asin ke air tawar. Karena kalau air PDAM dari pipa, itu tidak akan mungkin
airnya sampai ke sini. Di kota saja sudah susah PDAM-nya, apa lagi ke
sini,” pungkasnya.(*)