Penajurnalis Maros, – Pelaksana Tugas Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kabupaten Maros, Sutri Utami melayangkan kritik tajam ke Dispora Kabupaten Maros. Kritik itu terkait proses perekrutan anggota pasukan pengibar bendera pusaka (paskibaraka) 2020.

Sutri menjelaskan, saat menyampaikan undangan seleksi ke SMA di Maros, pihak Dispora hanya diwakili oleh rekanannya. Hanya saja, rekanan tersebut tak diketahui pasti posisinya di kepanitiaan paskibraka 2020. Tak hanya itu, rekanan itu juga diduga membawa surat undangan palsu.

Sutri menganggap, Dispora Maros tidak profesional melakukan prekrutan anggota paskibraka 2020. Ia bahkan menyebut, Dispora Makassar terkesan asal kerja saja. Tudingan tidak profesionalnya Dispora Maros melakukan seleksi didasari sejumlah temuan Sutri di lapangan. Mulai dari proses undangan seleksi paskibraka ke sekolah-sekolah, hingga pemanggilan mereka yang lolos untuk mengikuti latihan.

Beberapa sekolah yang menerima surat tersebut,kata Sutri, kemudian mendatangi Dispora Maros. Di sana, perwakilan sekolah diminta tak mempermasalahkan lebih jauh soal surat tersebut. Sebagai gantinya, Dispora Maros lalu membuat surat baru dengan stempel basah. “Selanjutnya pada 4 Maret 2020 sudah terbentuk panitia penyeleksian paskibraka Maros 2020, yang seharusnya pada tanggal 16 Maret 2020 adalah jadwal penyeleksian paskibraka Maros 2020 ditunda atau dibatalkan karena alasan pendemi COVID, tapi sampai sekarang tanpa ada konfirmasi kepada seluruh unsur panitia paskibraka Maros 2020 dan seluruh sekolah SMA sederajat di Maros yang telah menerima undangan penyeleksian paskibraka Maros 2020,” paparnya.

Indikasi ketidakprofesionalan Dispora Makassar kata Sutri juga terlihat dalam pemanggilan 10 orang untuk mengikuti wawancara dan pengukuran postur tubuh. Menurut dia, pemanggilan itu terkesan sembunyi-sembunyi karena hanya melibatkan oknum rekanan pihak Dispora tanpa mengonfirmasi kepada seluruh unsur panitia paskibraka Maros 2020.

“Dari 10 orang itu, ada satu orang yang sudah tamat dan berstatus alumni sekolah salah satu SMA di Maros. Hanya 9 orang berstatus pelajar. Mereka diminta untuk datang ke kantor Dispora Maros untuk melakukan wawancara dan pengukuran postur tubuh untuk persiapan paskibraka Maros 2020. Padahal satu orang sudah bukan pelajar,” ungkapnya. Pemanggilan 10 orang tersebut kata Sutri juga terkesan spesial. Sebab, pihak Dispora Maros menyuruh oknum rekanannya mendatangi langsung rumah pribadi 10 orang tersebut.

“Kemudian kami menerima keberatan dan ketidakpercayaan pihak keluarga para pelajar maupun pihak sekolah yang muridnya dipanggil menghadap ke kantor Dispora tanggal 14 Juli 2020 tersebut, dengan cara pemanggilan yang tidak wajar dari pihak Dispora karena hanya menyuruh oknum rekanan Dispora ke rumah pribadi pelajar yang hanya memanggil secara lisan, tanpa adanya bukti pemanggilan resmi dari pihak Dispora kepada pihak sekolah,” tegasnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Kepemudaan Dispora Maros, A Kurniawan mengatakan, awalnya ada 10 orang kandidat dari paskibraka cadangan tahun 2019 yang diseleksi hingga menjadi tiga orang.

“Yang terpilih itu satu dari SMA Angkasa, SMAN 1 Maros dan MA DDI. Jadi yang dipilih hanya tiga sesuai petunjuk dari pusat kalau tahun ini pelaksanaan HUT ke 75 RI tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Karena lebih minimalis, dimana jumlah peserta upacara dibatasi, dan peserta Paskibraka hanya berjumlah 3 orang saja,” ungkapnya. Dia mengatakan jika hal ini mengacu pada petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), tentang pedoman teknis pelaksanaan upacara.

Tiga orang paskibraka ini kata dia, terdiri dari dua putra dan satu putri, yang merupakan pelajar.

“Hari ini mulai latihan, kami akan maksimalkan selama seminggu ini, mereka kami ambil dari cadangan 2019,” Imbuhnya.(Hendra)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *