Penajurnalis Maros,- Warga yang berdomisili di wilayah pesisir Kecamatan Bontoa  Maros  mulai kesulitan mendapatkan pasokan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Seperti untuk kebutuhan mandi dan mencuci.
Sejak hujan tak lagi turun, warga pun terpaksa menggunakan air kubangan kotor yang sudah mengeluarkan bau untuk dikonsumsi sehari-hari. Kondisi ini telah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Dan ini terus terulang setiap memasuki musim kemarau.

 Agar bisa mendapatkan air bersih tersebut, warga terpaksa harus berjalan kaki melalui pematang tambak dan sawah untuk mengambil air di sebuah sumur penampungan tadah hujan yang sudah mengering.

Bungadia  salah seorang warga Kecamatan Bontoa mengatakan, warga terpaksa menggunakan air kotor untuk keperluan sehari- hari, lantaran suplai air bersih dari truk tangki penjual air keliling dirasa begitu mahal semenjak wabah Covid-19 merebak.

” kami  merasakan krisis air sudah lama.  terpaksa kami sehari-harinya ambil air di sumur tadah hujan. Itu pun sudah sangat sedikit dan mulai berbau,” jelas Bungadia.
”Untuk keperluan mencuci dan mandi, kita gunakan air kotor ini. Sementara untuk minum, kita tetap beli air galon. Dulu masih mampu beli air untuk mengisi tandon penampungan di rumah. Tapi sejak Corona, uang susah didapat. Anak dan suami pada dirumahkan,” keluhnya.
Selain dirinya, warga lain yang bermukim di pesisir Maros, juga merasakan hal yang sama. Setiap tahun, saat kemarau panjang tiba, krisis air bersih di wilayah pesisir sudah menjadi polemik tahunan yang tak kunjung usai.
Mereka pun berharap besar kepada pemerintah untuk memberikan solusi, agar ke depannya masyarakat pesisir tak lagi bersusah payah untuk keperluan air bersih.
Diketahui, di Kabupaten Maros sendiri ada 3 kecamatan yang setiap tahunnya dilanda kekeringan dan krisis air bersih. Yaitu Kecamatan Marusu, Kecamatan Laun, serta Kecamatan Bontoa. Hal ini diakibatkan tidak adanya suplai air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) milik pemerintah setempat.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Stasiun Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Hartanto, menuturkan, untuk saat ini wilayah pantai barat atau Kabupaten Maros sudah memasuki puncak musim kemarau.
”Wilayah pantai barat meliputi Makassar hingga Parepare, sekarang ini sudah memasuki puncak musim kemarau. Puncak musim kemarau itu antara bulan Agustus sampai bulan September,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, jika pantai barat itu cenderung lebih kering dibandingkan wilayah pesisir timur. (Tim/Hendra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *