Penajurnalis Maros,- Peringatan Haul ke 16 Allahuyarham Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma al-Khalwatiy Qaddasallahu Sirrah di rangkaian dengan Haul istrinya yang ke-32 tahun.

Haul yang digelar di Kompleks Makam Auliya Tanring Mata, Desa Marannu, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sabtu (19/03/22). Dihadiri Bupati Maros Chaidir Syam, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Maros Abd Hafid M Talla,dan sejumlah pejabat , ulama dari berbagai daerah turut hadir dalam Haul haul ke-16 wafatnya Puang Ramma, mursyid ke-11 Jam’iyah Khalwatiyah yang wafat 15 Sya’ban 1427 (8/9/2006).

Diantaranya, Mursyid Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makazzariy Syekh Sayyid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka, yang juga salah satu putra almarhum.

Ketua Jam’iyah Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makazzariy Anwar Abubakar sekaligus Kepala Kanwil Kemenag Sulut, Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis beserta jajaran, Ketua Jatman Sulsel Kadir Ahmad, dan sejumlah pejabat Kantor Wilayah Kemenag Sulsel.

Ketua Jam’iyah Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makazzariy H Anwar Abubakar mengatakan peringatan yang ke-16 wafatnya KHS Jamaludin Assegaf Puang Ramma Wafat pada Jumat 15 Sya’ban.

“Terima kasih kepada jemaah yang hadir di Haul KHS Djamaluddin Assegaf Puang Ramma yang dirangkaikan dengan Haul istrinya ke-32 tahun,” ujar mantan Kakanwil Kemenangan Sulsel ini.

Ditempat yang sama pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulsel, Hamzah Harun Al-Rasyid mengatakan, Haul ini memiliki dasar kuat dalam khasanah umat Islam, bahwa Rasulullah senantiasa mengunjungi makam di Uhud, setiap tahunnya.

“Ada empat poin penting dalam haul. Pertama, sebuah bukti mahabbah kepada Puang Ramma yang telah berjasa kepada banyak orang dan sebagai generasi pelanjut wajib mengirimkan doa kepadanya,” jelasnya.

Dikatakan, Rasulullah menganjurkan banyak mendoakan, mengirimkan doa. Karena doa kepada Waliullah itu akan kembali kepada kita.

Kedua, mengenang Napak tilas perjuangan Puang Ramma. Sejarah telah mencatat Syekh Djamaludin Puang Ramma tidak bisa dilepaskan dari gemilangnya perjuangan dakwah ke-Islaman, dan panji NU juga berkibar di Sulsel.

“Momen ini kita berusaha mengambil secuil dari kebesaran jasa-jasa beliau,” paparnya.

Ketiga, merupakan momentum untuk memperkokoh, mendapatkan kekuatan ukhuwah antar jamaah. Dengan silaturrahim problematika organisasi akan mudah terurai.

Puang Ramma simbol keutuhan, persatuan. Dan ini menjadi kewajiban kita untuk merawat.

Keempat, sebagai momen memperoleh berkah dan hikmah dari karamah Al-Habib Puang Ramma. Kita tertarik untuk datang, karena tentu atas seluruh apa yang telah dibangun, kita dengarkan kebijakan, ilmu berkah yang telah ditaburkan untuk kita,”jelasnya.

Hamzah menambahkan, diantara ciri-ciri Waliullah yang melekat pada pribadi Puang Ramma.

Disebutkan, tanda-tanda, ciri waliullah dalam referensi: selalu memaafkan mendholimi, berbaur baik yang jahat, menghibur orang yang terkena musibah. Seorang Waliullah tidak takut yang dihadapi dan juga tidak cemas atas apa yang ditinggalkan.

“Semoga haul setiap tahun tidak pernah kita lupakan. Tugas kita melanjutkan perjuangan beliau,”imbuhnya.(A1/Tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *