PenaJurnalis,Maros.—-Ternyata sekolah Laskar Pelangi ternyata ada juga di Pulau Sulawesi. Salah satunya sekolah yang ada di Kampung Galung-galung, Desa Rompegading, Kecamatan Cenrana, Maros, Sulawesi Selatan.

Sekolah yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) An-nas itu dibangun sekitar delapan tahun silam oleh sebuah yayasan dan berada tepat di kaki Gunung Bulusaraung, perbatasan Kabupaten Pangkep dengan Maros. Meski kondisinya memprihatinkan, puluhan anak di sekolah itu tetap bersemangat menuntut ilmu.

Kondisi sekolah yang sangat memprihatinkan tidak membuat 14 siswa, dari kelas I hingga kelas VI, berkeluh kesah belajar di ruangan yang hanya berukuran sekitar 5 x 7 meter. Selain lantai beralaskan tanah, dinding sekolah yang terbuat dari papan sudah rusak hingga kondisi ruangan sangat terbuka. Tidak jelas lagi antara pintu depan dan dinding yang sudah menganga lebar.

Jarak yang menjadi kendala mereka menuju Sekolah Dasar. Mereka tidak punya pilihan lain untuk tetap bersekolah di tempat itu, mereka harus berjalan kaki sejauh 3 km, itu pun harus menyeberang ke Kabupaten Pangkep. Sementara SD yang masuk wilayah Maros jaraknya mencapai 9 kilometer.

“Itu sekolah satu-satunya yang ada di kampung kami. SD terdekat itu di Pangkep sekitar 3 kilometer dari sini, harus jalan kaki. Jadi pulang-pergi itu 6 kilometer mereka. Yang di wilayah Maros malah lebih jauh lagi,” kata seorang warga, Sanusi, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Meski begitu, beberapa anak usia SD memilih bersekolah di wilayah Pangkep, mereka ikut dengan saudara mereka yang melanjutkan jenjang pendidikan dari SMP hingga SMA di Kecamatan Balocci, Pangkep. Karena perjalanan jauh, mereka pun harus pergi ke sekolah lebih awal, bahkan ada yang berangkat sebelum pukul 05.00.

“Yah ada juga yang sekolah ikut sama kakaknya yang kebetulan juga sekolah di sana. Setiap hari mereka jalan itu melewati bukit melintasi perbatasan Maros dengan Pangkep. Anak-anak yang lulus sekolah SD mau tidak mau harus lanjutkan pendidikan mereka,” lanjutnya.

Selain kondisi fisik sekolah yang jauh dari kata layak, sistem pembelajaran bagi siswa terbilang miris. Pasalnya, hanya ada satu guru yang mengajar setiap harinya. Siswa harus antre menunggu guru yang mengajar sesuai dengan tingkatan kelas dengan mata pelajaran yang berbeda-beda. Kondisi ini pun sangat mengganggu proses belajar-mengajar.

Hasmiah adalah warga di kampung yang ditinggali sekitar 50 keluarga itu. Sejak sekolah itu dibangun, ia telah memilih mewakafkan dirinya untuk pendidikan anak-anak di kampungnya. Sudah hampir setahun, pihak yayasan pun tidak pernah memberikan honor kepadanya. Bahkan, untuk membeli buku pelajaran, ia harus mengeluarkan uang pribadi.

“Jadi misalkan saya mengajar matematika untuk kelas VI, kelas V dan di bawahnya harus menunggu dulu sampai selesai. Mereka bergiliran dengan mata pelajaran yang berbeda-beda. Repot memang, tapi harus bagaimana lagi, daripada mereka tidak bersekolah,” kata guru MIS An-nas, Hasmiah.

Namun Hasmiah tidak pernah berniat berhenti mengajar di sekolah yang sudah menamatkan ratusan orang anak di kampung itu. Baginya, mengentaskan kepandiran adalah tanggung jawabnya sebagai seorang yang terdidik.

Cukuplah ia bersyukur ada pihak yang mau membuka sekolah di kampungnya itu. Sebab, sebelum ada sekolah, nyaris semua anak tidak ada yang bersekolah. Terlebih anak-anak di kampung itu masih satu keluarga dengan dia.

“Saya merasa punya tanggung jawab yang besar. Biarlah Tuhan yang menggaji saya kelak. Saya tidak pernah permasalahkan soal itu karena, bagi saya, sudah merasa bersyukur ada pihak luar yang mau membangun sekolah di sini. Kalau dulu, hampir tidak ada anak yang sekolah di kampung kami karena jauh,” sebutnya.

Selain Hasmiah, semua murid yang ia ajar berharap ada pihak yang mau membantu untuk memperbaiki kondisi fisik sekolahnya itu. Tak lain agar mereka bisa belajar lebih nyaman. Selain itu, mereka berharap ada bantuan buku pelajaran agar mereka bisa belajar mandiri di rumah masing-masing dan tak harus menunggu antrean pembelajaran dari guru tunggal mereka. (Nr/rvk/ams)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *