PenaJurnalis,Jakarta.—–– Honda baru saja memberikan pukulan besar bagi industri otomotif Inggris. Pasalnya, mereka berniat untuk menutup salah satu pabriknya di salah satu kota di Inggris.

Dikutip dari CNN, Rabu (20/2/19) pabrikan mobil asal Jepang ini mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka akan menutup pabrik besar di kota Swindon di Inggris. Pabrik itu telah mempekerjakan 3.500 orang, karena hal tersebut ribuan pekerjaan akan beresiko di PHK.

Honda sendiri telah menghasilkan lebih dari 3 juta mobil di Swindon sejak pabrik tersebut dibuka tiga dekade lalu. Saat ini saja mereka berhasil menghasilkan hingga 150.000 Civic per tahun dan diekspor ke lebih dari 70 negara. Swindon juga merupakan satu-satunya pabrik mobil perusahaan Jepang yang berada di Benua Biru.

Bukan hanya di Jepang, Honda juga melakukan restrukturisasi bisnis Honda di Turki, yang saat ini memproduksi 38.000 sedan per tahun, pabrik itu akan berhenti pada 2021. Dengan beberapa penutupan itu Hinda mengatakan bahwa produksinya akan beralih ke Jepang, Amerika Utara, dan Cina.

Presiden Honda Motor Eropa, Katsushi Inoue mengatakan bahwa restrukturisasi mereka lakukan untuk “mempercepat strategi elektrifikasi”. Hal tersebut dilakukan pihaknya karena industri otomotif berupaya untuk mengatasi perubahan cara produksi.

CEO Honda Takahiro Hachigo, menegaskan keputusan menutup pabrik-pabrik ini tidak merujuk pada keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.

Tetapi, ketidakpastian mengenai hubungan perdagangan masa depan Inggris dengan dunia internasional adalah salah satu awan mendung yang menggantung pada industri mobil.

Christian Stadler, seorang pakar otomotif dan profesor manajemen strategis di Warwick Business School, mengatakan bahwa Brexit pasti menjadi faktor dalam keputusan Honda.

Menurutnya perusahaan otomotif, khususnya dari luar Eropa masuk ke Inggris karena kemudahan memasuki pasar Eropa yang menguntungkan. Namun, apabila hingga saat ini kesepakatan mengenai Brexit di Inggris masih belum jelas, maka wajar saja banyak perusahaan otomotif yang meninggalkan Inggris.

“Perusahaan-perusahaan dari Jepang dan negara-negara lain tertarik ke Inggris karena memberi mereka lebih mudah masuk ke pasar Eropa yang menguntungkan, melalui negara berbahasa Inggris. Saat ini, tidak ada kesepakatan untuk melanjutkan hal itu setelah Brexit,” katanya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *