PenaJurnalis,Jakarta.——India merupakan negara pengimpor crude palm oil
(CPO) atau minyak kelapa sawit mentah terbesar di dunia. Salah satu negara
pengekspor minyak kelapa sawit terbesar untuk India adalah Indonesia, yang kini
terus bersaing ketat dengan Malaysia.
“Kami adalah pengonsumsi terbesar minyak kelapa sawit dan konsumsi itu
terus naik,” kata peneliti komoditas sawit dari Agriwatch, Dipanker Gyan,
di KBRI New Delhi, India, Selasa (20/8/19).
Dipanker kemudian memaparkan data impor minyak kelapa sawit dari Indonesia. Ia
juga membandingkan angka impor sawit India yang berasal dari Indonesia dengan
Malaysia.
Menurut data yang disebut Dipanker berasal dari Kementerian
Perdagangan India, produk kelapa sawit berupa CPO dan RBD (refined,
bleached, and deodorized) palm olein asal Indonesia menjadi yang terbanyak
diimpor India pada 2018. Namun pada Januari-Juni 2019, jumlah impor India
terhadap produk kelapa sawit, khususnya RBD, lebih banyak berasal dari
Malaysia.
Pada 2018 misalnya, India mengimpor 4 juta ton CPO dari Indonesia dan 1,91 juta
ton RBD palm olein. Sementara, pada periode Januari-Juni 2019, impor India
terhadap CPO dari Indonesia berjumlah 1,93 juta ton dan 0,19 juta ton untuk RBD
palm olein.
Sementara itu, jumlah impor India untuk produk CPO dari Malaysia pada 2018
berjumlah 1,84 juta ton dan 0,24 juta ton untuk produk RBD palm olein. Jumlah
impor India terhadap produk RBD palm olein Malaysia naik pada Januari-Juni 2019
menjadi 1,30 juta ton. Impor India terhadap produk CPO Malaysia pada
Januari-Juni 2019 berjumlah 0,85 juta ton atau masih kalah dibanding Indonesia.
Dipanker mengatakan sebenarnya harga minyak kelapa sawit
dari Indonesia lebih murah. Namun untuk produk RBD palm olein, India mengenakan
bea yang lebih rendah bagi Malaysia, yakni 45 persen dan bea 50 persen untuk
Indonesia.
“Harga CPO Indonesia lebih murah USD 10 daripada Malaysia. Untuk RBD palm
olein juga,” jelas Dipanker.
Duta Besar RI untuk India, Sidharto Suryodipuro, mengatakan bea CPO Indonesia
yang masih lebih tinggi dibanding Malaysia menjadi tantangan tersendiri bagi
produk sawit Indonesia agar memenangkan persaingan di pasar India. Dia
mengatakan perbedaan tarif tersebut merugikan Indonesia.
“Pada saat ini untuk palm olein, Malaysia itu 45 persen, kita 50 persen.
Malaysia karena ada bilateral FTA (free trade agreement), sementara kita
hanya ada yang ASEAN-India. Ini sangat tidak menguntungkan,” kata Sidharto
Pemerintah juga sudah melakukan upaya agar perbedaan bea
terhadap produk kelapa sawit dari Malaysia dan Indonesia bisa diselesaikan.
Pihak KBRI, kata Sidharto, juga terus melakukan upaya komunikasi dengan pihak
Kementerian Perdagangan India agar penyesuaian tarif segera diberlakukan.
“Di antara kedua menteri pedagangan sudah ada pembahasan di mana kita bisa
saling memfasilitasi. Kemarin saya bertemu secretary of commerce, pejabat
tertinggi di bawah menteri di kementerian perdagangan sini untuk meminta mereka
mempercepat proses penyesuaian tarif tersebut. Tarif adalah satu persoalan yang
harus segera kita selesaikan,” tuturnya.
Sidharto mengatakan pihaknya turut memantau harga antara sawit dengan minyak
nabati lainnya. Dia menyatakan harus ada fair trade antara produk minyak kelapa
sawit dengan minyak nabati lain.
“Ada tarif misalnya dengan Malaysia sesama sawit. Ada tarif dengan minyak
nabati lain, misalnya minyak kedelai. Ini kita harus memastikan ada fair
trade. Tapi paling tidak kita melihat karena kita memantau harga eceran di
4 kota utama India kita melihat sawit untungnya masih kompetitif,” ujar
Sidharto.
Selain soal tarif, dia juga menyebut Indonesia dan India harus mulai bekerja
sama terkait hak paten produk turunan sawit. Alasannya, saat ini hak paten
produk turunan dari minyak kelapa sawit masih dipegang korporasi di
negara-negara lain.
“India adalah konsumen terbesar sawit, Indonesia adalah produsen terbesar
sawit tetapi hak paten dari produk turunan itu 90 persen lebih masih dipegang
oleh multinational coorporation negara-negara lain. Ini kan kita harus sebagai
manifestasi hubungan makin dekat meningkatkan penelitian dalam segi produk yang
sesuai kebutuhan kita,” kata dia.(*)