PenaJurnalis,Blitar.—–Petani Tomat di Blitar memilih membiarkan
tomat-tomanya membusuk di lahan . sebab,
biaya untuk memanen lebih besar daripada uang yang mereka dapatkan dengan
menjual hasil panenan.
Seperti yang dilakukan Erpani. Petani di Kecamatan Talun ini membiarkan tomat
masak dan membusuk di pohonnya. Harga jual yang hanya Rp 500 per kg, akan
menambah kerugian yang ditanggungnya jika harus mengeluarkan dana lagi untuk
memanen.
“Dibiarkan busuk saja mbak. Soalnya kalau memanen, biaya untuk tenaganya
banyak. Belum lagi ngantar ke pasar keluar bensin. Saya sudah rugi banyak, ndak
ada dana lagi buat manen,” kata Erpani di sawahnya, Selasa (10/9/19).
Tak hanya Erpani yang memilih langkah itu. Beberapa petani lain di wilayah
Kabupaten Blitar, juga melakukan hal yang sama. Seperti petani di wilayah
Kecamatan Srengat, Ponggok dan Gandusari.
Ini dilakukan sejak harga tomat di petani hanya dibayar Rp 500 per kg oleh
pedagang pasar. Alasan pedagang, stok tomat di pasar sangat melimpah.
“Tomat itu kan panennya bisa tiap bulan. Ini mungkin
kesalahan pemilihan waktu tanam, pas barengan semua nanam tomat. Karena
cuacanya lagi bagus untuk nanam tomat memang,” kata Kasi Hortikultura
Dinas Pertanian Pemkab Blitar, Hikmah Wahyudi.
Tomat hasil panenan petani Blitar biasanya juga disetor ke pasar tradisional
Ngronggo, Kediri. Namun karena petani Kediri juga pas musim panen, sehingga
hanya sebagian kecil tomat petani Blitar yang diterima disana.
Walaupun di petani harga tomat hanya Rp 500/kg, namun nilai jual di pasar masih
cukup tinggi. Seperti pantauan detikcom di pasar tradisional Kecamatan Garum.
Di pasar ini, harga tomat hari ini masih di kisaran Rp 4 ribu-5 ribu/kg.
Seperti penuturan Umi, seorang pedagang bumbu di pasar itu.
“Sebulan ini memang barangnya banyak yang setor di pasar. Harganya juga
agak turun dibanding bulan kemarin, masih Rp 7 ribu/kg. Kalau hari ini, saya
jualnya yang bagus Rp 5 ribu/kg bawahnya Rp 4 ribu/kg,” pungkasnya.(*)